KOMPETISI CERDAS UNTUK MENYELAMATKAN ENERGI DUNIA




Persoalan minyak bumi saat ini sudah menjadi problema umat manusia seluruh dunia. Makin menipisnya cadangan sumber energi yang berasal dari perut bumi ini tak hanya membuat khawatir negara-negara maju, namun juga membuat risau negara-negara berkembang dan miskin.

Tak bisa dipungkiri, hingga saat ini, minyak bumi masih menjadi sumber energi utama yang menggerakkan mesin kendaraan, mesin industri, bahkan untuk sebagian pembangkit listrk.

Pemanfaatan sumber energi seperti minyak bumi dan listrik, menjadikan kemajuan peradaban manusia berkembang pesat. Energi-energi tersebut telah menyentuh setiap lini kehidupan kita. Kehidupan kita menjadi lebih mudah, praktis, dan cepat.

Dengan adanya listrik yang kita gunakan untuk menyalakan perabot rumah tangga maupun usaha, membuat kita memproduksi banyak kebutuhan. Bahkan pada malam hari, kita masih bisa produktif. Begitupun dengan minyak bumi yang kita gunakan untuk bahan bakar kendaraan, sehingga kita mampu menempuh suatu jarak dengan lebih cepat.

Namun, seiring dengan perjalanan waktu dan pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang harus dipenuhi kebutuhanya, cadangan minyak bumi makin terus berkurang. Pencarian energi alternatif telah dilakukan banyak peneliti dan produsen energi.

Membangun kesadaran masyarakat untuk menghemat penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi juga telah dilakukan oleh banyak kalangan, baik pemerintah maupun para pelaku usaha, termasuk oleh entitas bisnis yang memproduksi bahan bakar.  

PT Shell Indonesia telah lama menjadi pelopor untuk kampanye efisiensi bahan bakar di dalam negeri. Hal serupa juga dilakukan oleh perusahaan global ini di berbagai belahan dunia.

Perusahaan yang dikenal dengan merek Shell telah memproduksi bahan bakar Shell, minyak dan pelumas mesin sejak 1907, peduli terhadap perkembangan sumber energi. Shell memprakarsai Make the Future, sebuah gagasan dengan mengajukan pertanyaan yang berani kepada orang-orang di seluruh dunia: bagaimana jika gagasan Anda dapat membantu menjawab tantangan energi dunia?

Gagasan Make the Future mencoba menjawab dan membangun energi masa depan. Salah satu program yang telah dibuat dengan berfokus pada inovasi adalah Shell Eco-marathon untuk mahasiswa di tiga benua yaitu Benua Asia, Amerika, dan Eropa.

MOBIL MASA DEPAN

Shell Eco-marathon adalah ajang kompetisi untuk menciptakan mobil masa depan yang bisa menempuh perjalanan terjauh, namun menggunakan sumber energi paling hemat dengan tetap memenuhi standar keamanan. Indonesia turut berpartisipasi dalam ajang tersebut yang pada tahun 2018 dilaksanakan di Singapura.

Pembalap didukung oleh tim insinyur mahasiswa yang bekerja di mobil mereka di paddock


Bagi dunia otomotif, program ini sungguh keren dan menantang. Selain soal efisensi bahan bakar dan jarak tempuh, juga merangsang para mahasiswa di tiga benua untuk menciptakan desain mobil yang futuristik dan nyaman dikendarai.

Kompetisi ini sudah dimulai sejak tahun 1939, ketika karyawan Shell Oil Company di Amerika Serikat membuat taruhan atas siapa yang dapat melakukan perjalanan terjauh dengan jumlah bahan bakar yang sama. Sejak itu, kompetisi tersebut kemudian berkembang di dua benua. Kompetisi ini mencakup banyak jenis energi dan memicu perdebatan sengit tentang masa depan energi serta mobilitas.

Shell Eco-marathon menjadi salah satu program kompetisi efisiensi energi terkemuka dan bergengsi di dunia. Melalui kompetisi ini mahasiswa di berbagai negara ditantang untuk merancang, membangun, dan menguji mobil hemat energi, mendorong batas-batas apa yang mungkin secara teknis. Rancangan desain yang meraka ciptakan akan diuji di lintasan untuk menentukan kendaraan mana yang dapat bersaing menempuh jarak terjauh dengan bahan bakar yang sedikit.


Kejuaraan pembalap kelas dunia ini 'menantang’ mahasiswa untuk menggabungkan kecepatan dengan efisiensi energi dalam perlombaan dalam melintasi garis finish pertama, tanpa menguras energi mobil mereka. Sehingga akan ditemukan “pengemudi hemat energi tercepat”.

Tiga kompetisi regional telah diadakan di beberapa negara. Tiga tim teratas dari masing-masing wilayah telah dinyatakan memenuhi syarat untuk menuju Grand Final dengan 9 tim. Mereka akan bersaing merebut gelar pembalap paling efisien di dunia.

Tahun 2018 merupakan momentum taruhan yang tinggi, karena para pemenang mendapatkan pengalaman eksklusif, yakni akses berkunjung ke markas Scuderia Ferrari di Maranello, Italia. Tim pemenang berpartisipasi dalam lokakarya yang menarik dan belajar dari yang terbaik di Ferrari.

Acara Shell Eco-marathon regional tahun ini berlangsung di tiga lokasi berbeda di seluruh dunia:
1.       Shell Eco-marathon Asia: 8-11 Maret di Singapura,
2.       Shell Eco-marathon Americas: 19-22 April di Sonoma, California, Amerika Serikat,
3.       Shell Eco-marathon Eropa: 5-8 Juli di London, Inggris.

KELAS DAN TIPE ENERGI

Dalam ajang tingkat dunia ini, setelah satu tahun persiapan, para insinyur muda yang cerdas hanya memiliki beberapa hari untuk bertempur di sirkuit perkotaan, mengemudikan mobil yang dibuat sendiri untuk efisiensi energi tertinggi.

Kompetisi dibagi menjadi dua kelas atau kategori:
1.       Kelas Prototype berfokus pada efisiensi maksimum, dengan tetap mempertimbangkan kenyamanan penumpang yang duduk belakang,
2.       Kelas UrbanConcept mendorong desain yang lebih praktis.

Adapun untuk mobil juga dibagi dengan tipe energi:
1.       Bahan bakar mesin untuk pembakaran internal, termasuk bensin, solar, bahan bakar cair yang terbuat dari gas alam dan etanol,
2.       Dalam kategori mobilitas listrik, kendaraan didukung oleh sel bahan bakar hidrogen dan baterai berbasis litium.

Dalam kompetisi jarak tempuh, selama beberapa hari, tim berupaya sekuat mungkin untuk melakukan perjalanan terjauh yang setara dengan satu liter bahan bakar. Mobil harus melintasi sejumlah putaran di sekitar sirkuit pada kecepatan yang ditentukan. Penyelenggara menghitung efisiensi energi mereka dan menentukan pemenang di setiap kelas dan untuk setiap sumber energi.

TIM MERAH PUTIH JUARA

Bagi Indonesia, Shell Eco-marathon merupakan ajang yang tak hanya prestisius. Namun juga menjadi ajang untuk mengukir prestasi dalam sejarah kompetisi dunia. Tahun 2016 merupakan momentum yang  amat membanggakan bagi Tim Merah Putih atau Tim Indonesia. 


Tim pemenang, pembalap Bumi Siliwangi, dengan kemenangan memompa tinjunya ke udara di Kejuaraan Dunia Driver pada Minggu, 3 Juli 2016



Tim Indonesia, Bumi Siliwangi, merayakan kemenangan mereka di The Drivers’ World Championship selama Make The Future London 2016 pada hari Minggu, 3 Juli 2016. Tim Indonesia ini berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia menjadi pemenang pertama The Drivers’ World Championship untuk kendaraan UrbanConcept di Festival Make the Future London pertama yang menampilkan Shell Eco-marathon Eropa.


Tim Merah Putih ini mengalahkan lebih dari 20 tim lainnya. Sebuah persaingan yang ketat dari mobil-mobil UrbanConcept terbaik yang dipilih dari seluruh dunia.

“Kami senang dan bangga telah mengambil bagian dan memenangkan kejuaraan bergengsi ini,” kata Amin Sobirim, seorang anggota tim pemenang, saat itu.

Kemenangan Tim Indonesia di ajang ini diraih setelah melalui beberapa tahapan kompetisi yang sangat menantang. Norman Koch, Direktur Teknik Global Shell Eco-Marathon mengakui hal ini.

"Jalur tahun 2016 sangat menantang bagi semua tim dan kami telah melihat standar kinerja yang sangat tinggi, serta tekad dan semangat tim juara," ujar Norman Koch.

Kemenangan tim Indonesia menetapkan panggung untuk Shell Eco-marathon Asia pada 2017, di mana tim regional akan berkumpul dalam tantangan untuk merancang, membangun, dan menggerakkan energi. 



 Tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Indonesia, memenangkan Urban Concept.



Tahun 2018, tim Indonesia kembali mengukir prestasi gemilang. Tim Indonesia meraih piala World Championship Asia Shell Eco-marathon Drivers di Singapura. Prestasi ini tak hanya sebuah kebanggaan, namun juga menjadi tantangan utama dalam mengemudi mobil yang dibangun oleh mahasiswa, untuk bertarung dengan lebih dari 120 tim dari 18 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Mereka berkumpul di Pusat Pameran Changi untuk Shell Eco-marathon Asia.

Dalam acara yang memberikan penghargaan kendaraan tercepat dan paling hemat energi ini, tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah memenangkan perlombaan. Selanjutnya, tim ini akan terbang ke London untuk bertanding dalam Grand Final Kejuaraan Dunia Shell Eco-marathon Drivers melawan peserta dari Eropa dan Amerika pada 8 Juli mendatang.

Tito Setyadi, salah satu anggota tim pemenang, mengatakan: "Kami mengerahkan otak kami untuk menghasilkan sesuatu yang akan menyeimbangkan kecepatan dan efisiensi energi, seperti pengemudi mobil rata-rata dan kami sangat senang berhasil melakukannya dengan baik."

Pemenang tempat kedua juga diraih dari Indonesia, yakni dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Bahkan, pemenang ketiga diraih oleh tim dari Indonesia, yakni dari Universitas Negeri Yogyakarta. Kedua tim ini  juga akan melakukan perjalanan ke London untuk berkompetisi dalam Grand Final Kejuaraan Dunia Shell Eco-marathon Drivers.

Sungguh prestasi yang luar biasa, tim Indonesia merebut tiga panggung kemenangan sekaligus.

Rangkaian “kompetisi cerdas” sungguh telah menginspirasi para insinyur masa depan untuk mengubah visi mereka tentang mobilitas yang berkelanjutan menjadi kenyataan. Acara ini, suatu saat nanti, juga diperkirakan akan memicu perdebatan sengit tentang apa yang mungkin terjadi seputar mobil di jalan.

Namun kita yakin, jawaban atas tantangan energi masa depan terletak pada kekuatan kecerdikan dan kecerdasan orang. Dan, bersama-sama kita dapat membuat hari ini dan esok menjadi lebih baik. (Abdul Kholis)
  
https://www.facebook.com/profile.php?id=100010104256185&ref=bookmarks 
#Shellecomarathon #energimasadepan #makethefuture
 
Previous
Next Post »

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

About

“Peluklah Ibumu, Sebelum Kau Berangkat Sekolah, Nak”

  Mencium tangan dan memeluk Ibu sebelum berangkat sekolah, menjadi "tradisi" setiap pagi bagi buah hati kami.   Ole...